Sabtu, 17 September 2016

Pertemuan

“Bro, mangkat kapan?”

“Bar magrib paling Da. Iki aku lagi ngeterke pacarku golek jilbab”

“Aku bareng ya hehe”

“Oke Da siap.”

“Ojo lali xiaomi mu digawa ya”

“Oke”


Sehabis magrib aku kemudian mandi. Tidak seperti biasanya, mandiku kali ini terasa spesial karena akan menghadiri acara yang sudah direncanakan oleh teman-temanku. Aku harus terlihat ganteng. Atau ya setidaknya aku terlihat mandi. Maklum, mukaku ini termasuk muka yang tidak ada bedanya ketika sebelum dan sesudah mandi. Itu adalah salah satu kelebihanku sebenarnya.

Temanku pun akhirnya ngampiri, dan karena di grup Whats App sudah ada yang sambat kenapa di sana sangat sepi dan dia sendirian. Makanya kami pun memutuskan untuk segera berangkat saja.

Ketika sampai di parkiran, kami bertemu dengan salah satu teman yang juga baru datang. Dan benar sekali, dia manglingi. Awalnya aku dan temanku yang boncengan bahkan nggak percaya dengan profile picture Whats App nya saat pertama kali masuk grup, foto yang berbeda jauh dengannya ketika terakhir kali kami bertemu, namun ternyata profile picture itu tidak berbohong. Kami bertiga kemudian ngobrol, yang katanya, dia nggak inget aku siapa.

Memang, selama 15 tahun menjalani pendidikan sepertinya aku tembus pandang.

Sedikit cerita, ketika aku di kampus. Ada grup line angkatan 2013, tapi aku nggak masuk di sana kareana memang tidak memiliki line. Salah seorang temanku, mencariku untuk ikutan jadi relawan di Candi Borobudur melalui grup angkatan itu, dia bertanya, “Ada yang punya nomernya Arda nggak?”. Kemudian ada yang jawab, “Arda siapa?”dan kalian tahu itu yang menjawab siapa? Dia adalah salah seorang temanku yang sudah sekelas denganku selama tiga tahun menempuh pendidikan beberapa tahun lalu. Ya tapi aku tetap positif thinking, kali aja memang dia menganggap di kelas ada yang namanya Arda banyak. Walaupun kayanya juga cuma aku sih yang punya nama kaya gitu.

Kembali ke pertemuan, pas di sana ternyata sudah banyak yang menunggu kami. Bahkan sepertinya kami bertiga termasuk golongan orang yang terlambat. Ya kalau aku sih sudah biasa. Kemudian kami salam-salaman, mumpung juga masih berada di suasana lebaran.

*np Shalawat Nabi*

Sambil nengokin kanan kiri, kami mengabsen siapa saja yang sudah datang dan yang belum datang ke pertemuan kali ini.  Dan juga orang-orang yang menyanggupi datang ketika di absen di grup memang sebagian sudah datang. Hanya belum beberapa saja.

Salah satu orang paling berisik di grup pun akhirnya datang. Benar saja, dia memang menambah ramai suasana yang ada di sana. Dengan omongannya yang nggak tau aturan dan dia bertemu pasangannya yang sama berisiknya. Pasangan disini bukan berarti mereka pacaran, cuma ya emang dari dulu kalau disuruh bikin berisik, mereka jagonya.

Kegiatan seperti ini memang biasanya hanya menggali memori lama, bernostalgia, dan yang jelas ngrasani orang-orang yang tidak datang, atau ya malah ngrasani guru kami sendiri.

Setelah semuanya dirasa sudah datang, kamipun memesan makanan. Kami sengaja memilih tempat makan ini, selain dirasa paling dekat dengan sekolah kami, juga di sini sepertinya sih nggak menyediakan makanan yang menggunakan kambing maupun sapi.

Bar mendhem gule bosque

Setelah memilih beraneka macam makanan, ada yang memesan ikan nila goreng, bebek goreng, dan menu andalan yang biasa di temukan di rumah makan, ayam goreng. Seperti biasanya, aku memilih nasi goreng. Menu yang tidak kreatif kalau kata mbakku, karena memang tidak dibutuhkan ketrampilan tangan untuk memakannya. Hanya tinggal nyendoki saja. aku juga memesan es klamud pakai sirup, sebelum akhirnya dibilangin masnya kalau klamudnya kosong, ya sudah, aku ganti dengan lemon tea saja. begitupun dengan teman-temanku yang kemudian juga ikutan ganti lemon tea.
Makanan kamipun mulai berdatangan, tapi ya karena banyaknya yang pesen, juga mungkin yang mesenin bego (yang ngomong ke masnya aku), beberapa menu kami ada yang salah. nasi goreng 3, yang dua kacang polong, dan yang satu jagung manis, malah jadi kacang polong semua, dan pedes. Es jeruk yang harusnya empat gelas, menjadi lima gelas. Pun dengan kelebihan satu ayam goreng. Salah satu temanku mengajakku untuk “kembulan” dan nanti dibayar dia ayamnya, dan jelas aku iyakan.

Selesai makan, kami kembali ngobrol, di salah satu topik obrolan ada yang seperti ini :

“wes nonton train to busan?”

“durung ki”

“nonton yok. Bareng-bareng”

“yo ayo”

Dan nggak ada kelanjutan dari obrolan di atas. Iya, gitu doang.

Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan, ternyata memang jam sudah menunjukkan pukul 9 lebih. Bahkan rumah makan ini sepertinya sudah close order. Dan kalau pesen makanan jelas akan ditagih duit untuk mbayar. Totalnya ada sekitar dua ratus empat puluh ribu rupiah, dengan kembalian dua ribu rupiah. Bajigur larang tenan, salah pesen ki aku. Batinku.

“wah lha iki kudune dibayari le ngajak ketemuan, karo le wes do kerja”

Ya kalian tau lah itu siapa yang bilang.

Dan ternyata beneran, salah seorang teman kami ada yang membayar seratus ribu. Iya, dia memang yang mengusulkan pertemuan ini, juga dia yang keburu pulang karena sudah dijemput pacarnya. Dua orang teman kami ada yang membayar lima puluh ribu rupiah dan nggak minta kembalian. Dan anak-anak yang lain tinggal melengkapi kurangannya. Dan ternyata baru dua ratus tiga puluh lima. Kemudian aku mengeluarkan uang lima ribuan untuk urunan.

Kampret banget ya? Hahaha

Kami pun pulang, ada yang dijemput pacarnya, ada yang dijemput bapaknya. Dan ada yang jomblo.
Maksudku, naik motor sendirian.

Ketika di jalan, temanku bilang

“kae mau dadi njuk dibayari cah-cah yo da itungane. Aku ra urunan soale, duitku dibalekne ki”

“hoo bro. Tur aku mau urunan sih yoan”

Gur limang ewu tur kemaki.

“tapi sesok bakale akdewe yo ngono kuwi kok bro. Nek wes kerja njuk gantian mbayari. Malah mungkin sesok do bingung sopo le meh dibayari nek do pengen mbayari kabeh”

Sok bijak. Sok tau barang.

“hoo sih Da. Koe sido futsal ra?”

“iyo, aku futsal. Bareng ya”

“oke siap”
***
Entahlah siapa besok yang akan mbayari ketika bertemu kembali. Tapi sebisa mungkin, aku sudah jadi salah satunya.


Ngomong-ngomong, kamu kok cantik banget sih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar