Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam Pewayangan
Mahabharata. Dia adalah putra dari Bimasena atau juga dikenal dengan Werkudara
yang berasal dari keluarga Pandawa. Ibunya bernama Hidimbi atau Arimbi, dia
berasal dari bangsa raksasa. Bima dan Hidimbi bertemu di Hidimbawana saat
Hidimbi menyamar menjadi wanita normal dan dia malah jatuh cinta pada Bima.
Biasalah, cinta lokasi memang sepertinya
ampuh untuk menyatukan dua hati. Bahkan di cerita pewayangan.
Hidimba (kakak dari Hidimbi) marah karena
Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya jadi makanan
mereka. Karena itulah akhirnya Bima
bertarung dengan Hidimba, kemudian Bima memangkan pertarungan dan akhirnya
menikah dengan Hidimbi yang kemudian lahirlah Gatotkaca.
Sewaktu masih bayi, nama Gatotkaca adalah
Tetuka. Bayi ini sepertinya memang ditakdirkan untuk memiliki kekuatan
istimewa. Terbukti dengan sampai berusia 1 tahun, tali pusar bayi ini masih
belum bisa di potong dengan menggunakan senjata apapun. Melihat kejadian itu,
Arjuna adik dari Bima pun pergi bertapa untuk menolong keponakannya tersebut.
Di saat bersamaan, Karna yang dari keluarga Kurawa juga sedang bertapa mencari
senjata pusaka. Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada yang merupakan
utusan dari kahyangan salah memberikan pusaka Kontawijaya kepada Karna, bukan
kepada Arjuna.
Dan bahkan, di cerita pewayangan sendiri,
salah satu utusan dari kahyangan pun bisa melakukan kesalahan. Salah mengenali
orang. No body perfect ternyata. Hmmm..
Setelah menyadari kesalahannya, Batara
Narada pun mengatakan kepada Arjuna dan kemudian membuat Arjuna mengejar Karna.
Kemudian terjadi pertempuran antara keduanya. Karna berhasil meloloskan
diri bersama pusaka Kontawijaya,
sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut.
Sarung tersebut terbuat dari kayu mastaba yang ternyata bisa memotong tali pusar
Tetuka. Akan tetapi, sarung tersebut kemudian menyatu ke dalam tubuh Tetuka
yang kemudian membuat Kresna berpendapat bahwa itu akan menambah kekuatan dari
Tetuka, tapi dia juga meramalkan bahwa besok Tetuka akan tewas oleh senjata
Konta.
Jadi, itu semacam Achiles Heels nya
Gatotkaca gitu deh.
Tetuka diasuh di kahyangan oleh Narada.
Narada menceburkan Tetuka ke dalam Kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa.
Para dewa pun kemudian ikut menceburkan pusaka pusaka mereka. Beberapa saat
kemudian Tetuka muncul kepermukaan sebagai seorang lelaki dewasa. Ketika
bertarung melawan Sekipuu, Tetuka membunuhnya menggunakan taringnya. Kresna dan
Pandawa yang pada saat itu datang ke kahyangan kemudian memotong taring Tetuka
dan menyuruhnya berhenti menggunakan sifat sifat kaum raksasa. Batara Guru raja
kahyangan pun menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, Caping Basunanda,
Kotang Antrakusuma, dan Terompah Padakacarma. Sejak saat itu juga Tetuka
berganti nama menjadi Gatotkaca. Dia juga memiliki julukan “otot kawat, balung
wesi”. Atau berarti, ototnya kawat, tulangnya besi.
Dari kecil aku mengidolakan tokoh ini.
Akupun sering setiap Minggu setelah jam 1 pagi bangun, kemudian menonton acara
di salah satu stasiun tv swasta yang menayangkan pertunjukkan wayang kulit. Walaupun
pada saat itu aku masih belum mengerti apa yang dikatakan atau jalan cerita
yang terjadi disana, tapi aku pasti senang sekali kalau ada Gatotkaca ikut
dalam cerita tersebut.
Karena mungkin aku memang cuma hapal bentuk
dari karakter wayang Gatotkaca itu.
Gatotkaca dijelaskan mempunyai perwatakan :
berani, teguh, tangguh, cerdik, pandai, waspada, gesit, tangkas, tabah, dan
mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Selama ini aku merasa memiliki sifat
yang mirip dengan Gatotkaca yang seperti itu tadi, apalagi kalau dilihat dari
karakter yang didasarkan zodiac bulan kelahiranku.
Dan dengan julukan, otot kawat balung wesi tadi. Walaupun memang sedikit diubah
menjadi, ngga berotot, tinggal tulang aja.
Berikut ini penjabaran watak Gatotkaca
dibandingkan denganku :
Berani, kalau mbahas masalah berani kaya
gini, sebenarnya aku juga kurang pede kalau disuruh masuk kuburan sendirian
buat ngambil bendera gitu misalnya. Lha
wong, ronda sendirian aja kadang juga masih agak gimana gitu.
Teguh, bukan, ini bukan yang vokalis band
itu, teguh disini adalah mempunyai pendirian yang teguh, nggak gampang terhasut
oleh bisikan orang lain. Aku juga merasa mempunyai sifat kaya gini, keras
kepala. Sebenernya ada yang ngerasa ngga sih kalau berpendirian teguh dan keras
kepala itu sama, cuma beda konotasinya aja? Ya kalau berpendirian teguh itu
buat yang positif, dan yang keras kepala itu yang negatif gitu? Apa aku aja ya?
Ya sebenarnya itu juga cuma buat ngeles aja kalau sifat keras kepala ku ini
biar jadi terlihat lebih baik hahaha
Tangguh, sebagai salah seorang fans dari
band yang mempunyai lagu single Pejantan Tangguh, aku memang merasa tangguh. Walaupun
ya, ngangkat ceret buat takjilan ke
masjid aja aku ngga kuat. Juga tangguh hatinya ketika melihat gebetan lagi
jalan sama orang lain.
Cerdik pun juga, aku cepat mengerti dan
pintar dalam mencari pemecahannya, misalnya pinter ngelesnya kalau ditanyain,
“Kok pulangnya malem?” sama orang tua. Tapi walaupun katanya cerdik itu cepat
mengerti, tapi aku masih nggak ngerti tentang perasaan gebetan. Jadi kamu suka
sama siapa sih sebenernya?
Pandai, kalau disini pandai yang berarti
pandai tentang pelajaran sekolah, kok kayaknya enggak aku banget. Aku lebih
pandai tentang buah setan yang ada di One Piece, Zanpakutou yang ada di Bleach,
jutsu spesial yang dimiliki para Hokage di Naruto, atau jenis racun yang sering
digunakan untuk membunuh dalam Detective Conan.
Waspada, sebelum tidur aku selalu memastikan
bahwa pintu rumah udah terkunci, jendela juga. Aku pun biasanya melakukan ronda
tiap Sabtu malam. Walaupun cuma ngambil jimpitan dan tengtengcrit, tenguk tenguk crita aja. Jadi, yang biasanya nanyain,
“Malmingan kemana?” perlu diingat, kalau aku udah mempunyai kegiatan malam
minggu yang bermanfaat yaitu ronda.
Gesit, dengan bentuk badan yang tipis dan
minimalis kaya gini, aku termasuk cekatan dan giat dalam mengerjakan sesuatu.
Walaupun itu sangat jarang kulakukan hahaha. Ya jelas kurang gesit lah, wong
gebetan aja bisa jadiannya sama orang lain karena kelamaan nembak.
Tangkas, sama seperti tentang gesit tadi,
dengan bentuk badan yang minimalis ini kecepatanku dalam berlari sungguh bisa
dibanggakan. Berlari menjadi olahraga favoritku, dan juga hobiku. Termasuk lari
dari kenyataan kalau ternyata gebetanku udah punya pacar.
Tabah, percaya atau tidak aku ini memang
orang yang tabah. Kurang tabah gimana kalau liat gebetan pergi sama orang lain
dan aku tetep biasa aja? Ya gebetanku emang ngga salah, kan emang cewek lebih
milih cowok yang berani ke rumahnya daripada yang cuma nanyain, “Nanti malem
ada acara nggak?” di chat.
Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, kalian
pasti nggak percaya kalau aku orangnya bertanggung jawab ya? Sebagai alumni
dari sekolah yang merupakan gugus percontohan dalam kegiatan pramuka, (aku
masuk SMP dan SMA yang jadi gugus percontohan) aku selalu mengamalkan
dasadharma pramuka poin ke 9. Kadang aku sendiri merasa kerepotan juga dengan
sifat yang ini, karena menganggap semua kerjaan itu ya cuma tanggunganku
sendiri. Repot ya? Ya padahal juga cuma sok pahlawan aja sih sebenernya.
Dan kemiripan sifatku dengan Gatotkaca jelas
tidaklah banyak sepertinya. Paling juga cuma kurang dari 2,5% nya saja. Dan akan
menjadi spesial kalau aku bisa memiliki sifat yang sama persis dengan
Gatotkaca.
Ya percuma spesial kalau ngga berani nembak.
Yang spesial juga bakalan kalah sama yang selalu ada. Iya kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar