Jumat, 27 Februari 2015

Gatotkaca

Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam Pewayangan Mahabharata. Dia adalah putra dari Bimasena atau juga dikenal dengan Werkudara yang berasal dari keluarga Pandawa. Ibunya bernama Hidimbi atau Arimbi, dia berasal dari bangsa raksasa. Bima dan Hidimbi bertemu di Hidimbawana saat Hidimbi menyamar menjadi wanita normal dan dia malah jatuh cinta pada Bima.

Biasalah, cinta lokasi memang sepertinya ampuh untuk menyatukan dua hati. Bahkan di cerita pewayangan.

Hidimba (kakak dari Hidimbi) marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya jadi makanan mereka.  Karena itulah akhirnya Bima bertarung dengan Hidimba, kemudian Bima memangkan pertarungan dan akhirnya menikah dengan Hidimbi yang kemudian lahirlah Gatotkaca.

Sewaktu masih bayi, nama Gatotkaca adalah Tetuka. Bayi ini sepertinya memang ditakdirkan untuk memiliki kekuatan istimewa. Terbukti dengan sampai berusia 1 tahun, tali pusar bayi ini masih belum bisa di potong dengan menggunakan senjata apapun. Melihat kejadian itu, Arjuna adik dari Bima pun pergi bertapa untuk menolong keponakannya tersebut. Di saat bersamaan, Karna yang dari keluarga Kurawa juga sedang bertapa mencari senjata pusaka. Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada yang merupakan utusan dari kahyangan salah memberikan pusaka Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna.

Dan bahkan, di cerita pewayangan sendiri, salah satu utusan dari kahyangan pun bisa melakukan kesalahan. Salah mengenali orang. No body perfect ternyata. Hmmm..

Setelah menyadari kesalahannya, Batara Narada pun mengatakan kepada Arjuna dan kemudian membuat Arjuna mengejar Karna. Kemudian terjadi pertempuran antara keduanya. Karna berhasil meloloskan diri  bersama pusaka Kontawijaya, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut. Sarung tersebut terbuat dari kayu mastaba yang ternyata bisa memotong tali pusar Tetuka. Akan tetapi, sarung tersebut kemudian menyatu ke dalam tubuh Tetuka yang kemudian membuat Kresna berpendapat bahwa itu akan menambah kekuatan dari Tetuka, tapi dia juga meramalkan bahwa besok Tetuka akan tewas oleh senjata Konta.

Jadi, itu semacam Achiles Heels nya Gatotkaca gitu deh.

Tetuka diasuh di kahyangan oleh Narada. Narada menceburkan Tetuka ke dalam Kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para dewa pun kemudian ikut menceburkan pusaka pusaka mereka. Beberapa saat kemudian Tetuka muncul kepermukaan sebagai seorang lelaki dewasa. Ketika bertarung melawan Sekipuu, Tetuka membunuhnya menggunakan taringnya. Kresna dan Pandawa yang pada saat itu datang ke kahyangan kemudian memotong taring Tetuka dan menyuruhnya berhenti menggunakan sifat sifat kaum raksasa. Batara Guru raja kahyangan pun menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, dan Terompah Padakacarma. Sejak saat itu juga Tetuka berganti nama menjadi Gatotkaca. Dia juga memiliki julukan “otot kawat, balung wesi”. Atau berarti, ototnya kawat, tulangnya besi.

Dari kecil aku mengidolakan tokoh ini. Akupun sering setiap Minggu setelah jam 1 pagi bangun, kemudian menonton acara di salah satu stasiun tv swasta yang menayangkan pertunjukkan wayang kulit. Walaupun pada saat itu aku masih belum mengerti apa yang dikatakan atau jalan cerita yang terjadi disana, tapi aku pasti senang sekali kalau ada Gatotkaca ikut dalam cerita tersebut.

Karena mungkin aku memang cuma hapal bentuk dari karakter wayang Gatotkaca itu.

Gatotkaca dijelaskan mempunyai perwatakan : berani, teguh, tangguh, cerdik, pandai, waspada, gesit, tangkas, tabah, dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Selama ini aku merasa memiliki sifat yang mirip dengan Gatotkaca yang seperti itu tadi, apalagi kalau dilihat dari karakter yang didasarkan zodiac bulan kelahiranku.

Dan dengan julukan, otot kawat balung wesi tadi. Walaupun memang sedikit diubah menjadi, ngga berotot, tinggal tulang aja.

Berikut ini penjabaran watak Gatotkaca dibandingkan denganku :

Berani, kalau mbahas masalah berani kaya gini, sebenarnya aku juga kurang pede kalau disuruh masuk kuburan sendirian buat ngambil bendera gitu misalnya. Lha wong, ronda sendirian aja kadang juga masih agak gimana gitu.

Teguh, bukan, ini bukan yang vokalis band itu, teguh disini adalah mempunyai pendirian yang teguh, nggak gampang terhasut oleh bisikan orang lain. Aku juga merasa mempunyai sifat kaya gini, keras kepala. Sebenernya ada yang ngerasa ngga sih kalau berpendirian teguh dan keras kepala itu sama, cuma beda konotasinya aja? Ya kalau berpendirian teguh itu buat yang positif, dan yang keras kepala itu yang negatif gitu? Apa aku aja ya? Ya sebenarnya itu juga cuma buat ngeles aja kalau sifat keras kepala ku ini biar jadi terlihat lebih baik hahaha

Tangguh, sebagai salah seorang fans dari band yang mempunyai lagu single Pejantan Tangguh, aku memang merasa tangguh. Walaupun ya, ngangkat ceret buat takjilan ke masjid aja aku ngga kuat. Juga tangguh hatinya ketika melihat gebetan lagi jalan sama orang lain.

Cerdik pun juga, aku cepat mengerti dan pintar dalam mencari pemecahannya, misalnya pinter ngelesnya kalau ditanyain, “Kok pulangnya malem?” sama orang tua. Tapi walaupun katanya cerdik itu cepat mengerti, tapi aku masih nggak ngerti tentang perasaan gebetan. Jadi kamu suka sama siapa sih sebenernya?

Pandai, kalau disini pandai yang berarti pandai tentang pelajaran sekolah, kok kayaknya enggak aku banget. Aku lebih pandai tentang buah setan yang ada di One Piece, Zanpakutou yang ada di Bleach, jutsu spesial yang dimiliki para Hokage di Naruto, atau jenis racun yang sering digunakan untuk membunuh dalam Detective Conan.

Waspada, sebelum tidur aku selalu memastikan bahwa pintu rumah udah terkunci, jendela juga. Aku pun biasanya melakukan ronda tiap Sabtu malam. Walaupun cuma ngambil jimpitan dan tengtengcrit, tenguk tenguk crita aja. Jadi, yang biasanya nanyain, “Malmingan kemana?” perlu diingat, kalau aku udah mempunyai kegiatan malam minggu yang bermanfaat yaitu ronda.

Gesit, dengan bentuk badan yang tipis dan minimalis kaya gini, aku termasuk cekatan dan giat dalam mengerjakan sesuatu. Walaupun itu sangat jarang kulakukan hahaha. Ya jelas kurang gesit lah, wong gebetan aja bisa jadiannya sama orang lain karena kelamaan nembak.

Tangkas, sama seperti tentang gesit tadi, dengan bentuk badan yang minimalis ini kecepatanku dalam berlari sungguh bisa dibanggakan. Berlari menjadi olahraga favoritku, dan juga hobiku. Termasuk lari dari kenyataan kalau ternyata gebetanku udah punya pacar.

Tabah, percaya atau tidak aku ini memang orang yang tabah. Kurang tabah gimana kalau liat gebetan pergi sama orang lain dan aku tetep biasa aja? Ya gebetanku emang ngga salah, kan emang cewek lebih milih cowok yang berani ke rumahnya daripada yang cuma nanyain, “Nanti malem ada acara nggak?” di chat.

Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, kalian pasti nggak percaya kalau aku orangnya bertanggung jawab ya? Sebagai alumni dari sekolah yang merupakan gugus percontohan dalam kegiatan pramuka, (aku masuk SMP dan SMA yang jadi gugus percontohan) aku selalu mengamalkan dasadharma pramuka poin ke 9. Kadang aku sendiri merasa kerepotan juga dengan sifat yang ini, karena menganggap semua kerjaan itu ya cuma tanggunganku sendiri. Repot ya? Ya padahal juga cuma sok pahlawan aja sih sebenernya.

Dan kemiripan sifatku dengan Gatotkaca jelas tidaklah banyak sepertinya. Paling juga cuma kurang dari 2,5% nya saja. Dan akan menjadi spesial kalau aku bisa memiliki sifat yang sama persis dengan Gatotkaca.


Ya percuma spesial kalau ngga berani nembak. Yang spesial juga bakalan kalah sama yang selalu ada. Iya kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar