Sabtu, 09 Agustus 2014

Kebun Teh Nglinggo, Pantai Glagah, dan Seorang Jomblo Sial

                Dingin, itu yang pertama kali terpikirkan kalau kita berada di daerah dataran tinggi. Touring kami yang kelima sengaja mengambil tempat yang baru, tidak hanya di pantai yang kerjaannya nanti cuma mainan air. Kami memutuskan untuk menuju Kabupaten Kulonprogo. Ada apa di kabupaten ini? Kami berniat menuju kebun teh yang ada di daerah Nglinggo, Samigaluh dan ya walapun tetap mainan air di air terjun yang ada di Sidoharjo, Samigaluh juga. Air terjunnya pun sebenarnya udah pernah kami datangi saat touring Bulan Januari beberapa waktu yang lalu. Ternyata kami memang tidak bisa lepas dari yang namanya mainan air.
                Malamnya, kami semua masih sibuk mencarikan boncengan buat orang-orang yang nggak punya motor tapi pengen ikutan. Biasalah, kalau acara kayak gini kan yang sibuk atau lebih tepatnya menyibukkan diri, memang panitianya. Sampai jam 12 malam pun, aku masih belum pulang ke rumah, padahal jelas mau touring. Maklum, cacingnya laper, jadi malem-malem masih berkeliaran nyari makan.
                Kami semua janjian kumpul jam setengah 7 di depan masjid. Tapi ya seperti biasanya, kami pasti melakukan pengaretan selama 2 jam. Jadi, sekitar jam setengah 9 lebih barulah kami semua berangkat. Juga menyusun ulang formasi motor yang boncengannya cewek sama cewek. Maklum, perjalanan jauh harusnya memang cowok sama cewek. Bukannya modus atau apalah itu namanya, tapi kan tau sendiri cewek kalau naik motor gimana. Dan yah, kalau aku sih nggak tega liat cewek berdua boncengan sedangkan perjalanannya jauh. Ada sekitar 13 motor waktu kami berangkat dari masjid. Kemudian bergabung 1 motor lagi di daerah perempatan Gamping, yang mereka berdua tau dimana lokasi kebun teh berada, karena memang mereka berdua pernah kesana.
                Dan ketika kami sudah sampai Godean, pacarnya teman kami yang juga sebenarnya teman kami sekampung. Iya, kebayakan temanku memang jadian dengan orang sekampung juga. Bahkan, beberapa ada yang sampai nikah dan punya anak. Teman kami tadi sms kalau dia mau nyusul. Entah habis darimana dia ini, karena kalaupun dia dari tadi di rumah, harusnya dengan pengaretan selama 2 jam itu sudah memberi cukup waktu untuk mempersiapkan semuanya. Karena akupun sebenarnya juga baru bangun jam 7 hahaha. Tapi okelah, aku bilang padanya untuk sekalian njemput pacar teman kami yang satu lagi. Karena pacar teman kami yang mau dijemput ini memang berbeda kampung dengan kami. Iya, aku sempat heran kenapa teman kami ini mempunyai keberanian buat punya pacar. Bahkan pacarnya adalah orang yang bukan sekampung dengan kami. Padahal dia masih bocah kalau dibandingkan denganku. Iya, aku dikalahkan sama bocah dalam hal pacaran. 
                Perjalanan ke kebun teh cukup lumayan melelahkan. Kalau kalian tau arah ke air terjun sidoharjo, itu masih lurus saja, ikuti jalan aspalnya. Sampai nanti bertemu dengan alf*amart  (iya, dulu aku benar-benar kagum dengan alf*amart yang bisa membuka cabang sampai pucuk gunung seperti itu), dan nanti akan bertemu dengan pertigaan yang kiri jalannya menurun, dan yang kanan jalannya menanjak. Ambil saja jalan yang kiri dan menurun, lalu ikuti saja jalan aspalnya, sampai ketemu pertigaan yang sebelah kirinya ada pos ojek, dan jalan ke kanannya yang lagi-lagi naik. Kalau sekarang ambil yang kanan. Udah, kalau ini ikuti saja jalannya, nanti kalian akan menumukan kebun tehnya.
             Ketika kami sampai di kebun teh, teman kami yang nyusul bilang kalau dia udah sampai di rumah sakit muhammadiyah naggulan. Maka kami suruh saja dia buat istirahat di rumah teman kami yang kebetulan tidak jauh dari sana. Waktu ditanya dia tau nggak rumah teman kami itu, dia pun menjawab “Iya, aku tau kok rumahnya.”  Lalu, meluncurlah aku sama temanku yang juga pacar dari cewek yang nyusul tadi untuk menjemput pacarnya. Kemudian, teman kami tersesat tersesat. Iya, ternyata dia lupa jalannya kemana. Dan sewaktu di telpon dia sempat bilang, “aku di depan puskesmas watucrah”. Aku yang bingung. Kuwi daerah ngendi meneh Ya Allah. Lha daripada malah keblasuk semua, ya udah, aku suruh dia balik lagi saja ke rumah sakit yang sebelumnya. Daripada dia malah menunggu di tempat yang antah berantah yang aku juga nggak tau itu daerah mana. Selama adegan penjemputan tersebut, barulah ada chat masuk dari pacarnya bocah yang mengalahkanku dalam urusan pacaran. Dia mengatakan, “Maaf ya mas, aku nggak tau kalau ternyata udah di jemput tadi. Hapeku mati. Dan aku pergi sholat ke masjid. Aku juga tadi di cariin ibuku, tapi ibuku nggak tau kalau aku ke masjid ” Dan dihiasi dengan beberapa emot sedih di chatnya. Sepertinya dia sedih dan kecewa beneran. Dan saat itu aku sadar, handphone benar-benar menjadi salah satu peralatan penting yang harus selalu kita bawa. Handphone harus selalu aktif karena kita nggak tau akan ada apa saat handphone kita mati. Karena teman kami yang nyusul tadi pun sebenarnya dari pagi udah dihubungi tapi nggak bisa, gara-gara handphonenya dimatiin.
                Dan benar saja, teman kami nyusul cuma sendirian. Kamipun mengisi bensin, juga merubah formasi boncengan. Seperti tadi yang aku bilang, aku nggak tega kalau liat cewek naik motor yang di depan apalagi sendirian gini, padahal medannya kan owsom banget ke kebun tehnya. Jadi, formasinya menjadi temanku dan temanku yang nyusul tadi yang juga statusnya pacarnya, ya kan kalau pacaran emang seharusnya boncengan kan ya? Dan jelas kemudian aku sendirian. Iya, aku sendirian naik motornya. Kemudian kami bergegas untuk segera menyusul anak-anak lainnya ke kebun teh.
                Kami melaju cukup kencang untuk mengejar waktu. Aku nggak merasa dingin soalnya hari juga udah siang. Tapi naik motor sendiri di saat temen kamu pacaran yang kamu lihat dari belakang, cukup membuat kamu merasa jomblo, lho Mblo.
                Setelah beberapa saat lagi kami akan sampai ke kebun teh, aku kaget. Di jalan kami berpapasan dengan rombongan kami sendiri. Kukira mereka berniat menjemput kami betiga, tapi kok semuanya ikutan? Terlalu banyak orang yang akan menjemput kami, pikirku. Dan kenapa semua memakai perlengkapan komplit seolah-olah waktu di kebun tehnya sudah habis. Ternyata rombongan kami memang sudah kembali untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Yap, kami bertiga di tinggal.
                Alasan kenapa di kebun tehnya nggak lama juga bermacam-macam, ada yang bilang di kebun teh udah mulai panas, udah kepengen buru-buru main air, atau bisa saja mereka udah mulai bosen foto-foto. Ya mau ngapain coba di kebun teh selain foto-foto? Masa iya mau shoping? Kan nggak bisa. Ada juga cuma warung kecil yang jualan indo*mie sama minum. Mau main PES juga nggak bisa karena nggak ada laptop ataupun PS 3 di sana. Aku memahami alasan mereka semua. Lagipula ini kan acara bersama, yang penting semuanya bersenang-senang. Bahagiakanlah orang lain, maka kamu juga akan bahagia. Sek penting kowe bahagia dek, aku gampang.
                Tapi aku sendiri jadi nggak enak karena udah bikin orang lain khawatir tentang keadaanku. Ada minta maaf, ada yang nanyain aku marah apa enggak. Ya menurut ngana? Nggaklah. Aku nggak bakalan marah cuma gara-gara ditinggal. Lagipula, sebenarnya rumah simbahku juga di sekitar situ. Kalian ingat jalan alf*amart yang kujelasin di atas tadi? Nah, kalau ke rumah simbahku, ambil kanan yang jalan tanjakkan, arah Suroloyo. Jadi, kalau cuma daerah sekitar sana Insyaallah aku paham. *macak guide*. Serius, aku nggak marah cuma karena ditinggal kaya gitu. Lagipula apalah aku ini, hanyalah kulit kacang rebus yang kalian buang di tanah sehabis kacangnya kalian makan...
                Akhirnya perjalanan lanjut ke air terjun. Setelah parkir, kami di beri tahu sama penduduk setempat yang halamannya memang disediakan untuk parkir, bahwa “Banyune asat mas.” Atau, air terjunnya kehabisan air. Maklum ini musim kemarau. Jadi jarang ada hujan. Atau bisa juga lagi di kuras sama PDAM nya.
Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan beristirahat saja di rumah teman kami. Yang rumahnya deket sama rumah sakit tadi, kami berniat ishoma disana. Tapi lagi-lagi makan siangnya nasi padang. Aku doyan nasi padang, tapi cuma padang giwangan, selain itu kayak nggak terlalu menikmati gitu deh.
Setelah rembukan lagi, akhirnya kami memutuskan ke Glagah. Kenapa Glagah? Karena disana ada rumah simbahnya salah satu teman kami yang letaknya deket dengan Pantai Glagah, dan katanya sudah di siapkan makanan. Tentu saja, mendengar kata makanan (terutama gratis) jelas kami langsung setuju deh.
                Perjalanan kami pun dimulai lagi. Jarak dari Nanggulan ke Glagah tidak bisa dibilang dekat. Lumayan jauh dan melelahkan kalau menurutku. Tapi sekitar ashar itu kami sudah sampai sana. dan ternyata memang asyik sekali rumahnya. Ada joglo dan halamannya. Aaaaaakk aku cenaaangg
                Setelah sholat ashar, kami pun berangkat ke Pantai Glagah. Dan entah kenapa, aku lagi-lagi ketinggalan rombongan. Formasi inti ditinggalnya pun masih sama, hanya saja aku ketambahan boncengan. Jadi nggak merasa jomblo banget. Kata salah satu teman kami yang ada di formasi ditinggal ini sih ketika di perempatan ambil saja yang kanan, begitu ambil kanan, bahkan hampir sampai pindah pantai, kami masih belum menemukan mereka. Mungkin kalau di terusin lagi, kami bisa sampai Cilacap. Tapi untungnya kami balik lagi. Kami kemudian ambil jalan yang ke kiri. Akhirnya kami berhasil menyusul mereka yang sudah foto-foto dan bermain air. Kayaknya mainan air memang tidak bisa jauh dari kami.
                Tapi pantai Glagah ini keren, ada banyak batu-batu pemecah ombaknya, warung-warung makan, warung souvenir, atau bahkan, yang jualan buah semangka dengan harga 10ribu dapat 3 buah.
                Nggak terasa matahari udah mau tenggelam aja, berarti saatnya bagi kami untuk pulang ke rumah simbahnya Dimas. Semuanya kemudian mandi, karena badannya pliket. Antrian untuk mandi, kecuali aku, aku lebih memilih makan indo*mie rebus dengan telur.
                Ironisnya ketika sampai di rumah, waktu ngeliat-liat hasil foto-foto touringnya, foto yang nggak ada aku di situ malah bagus-bagus. Entah karena yang moto jago atau faktor nggak ada aku yang memang (biasanya) merusak pemandangan di foto.

                Tapi daripada ditinggal touring kayak gini sih, masih lebih sakit ditinggal pergi setelah dikasih harapan. Iya kan? Banyak dari kami yang nggak puas dengan touring kali ini. Semoga aku bukan salah satunya.

                Jadi, kalau ditanyain “Dingin apa enggak di kebun teh?”, jawabanku sih, masih lebih dingin waktu kamu naik motor sendiri dan lihat temen kamu dipeluk pacarnya dari belakang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar