Dingin,
itu yang pertama kali terpikirkan kalau kita berada di daerah dataran tinggi.
Touring kami yang kelima sengaja mengambil tempat yang baru, tidak hanya di pantai
yang kerjaannya nanti cuma mainan air. Kami memutuskan untuk menuju Kabupaten Kulonprogo. Ada apa di kabupaten ini? Kami berniat menuju kebun teh yang ada di
daerah Nglinggo, Samigaluh dan ya walapun tetap mainan air di air terjun yang
ada di Sidoharjo, Samigaluh juga. Air terjunnya pun sebenarnya udah pernah kami
datangi saat touring Bulan Januari beberapa waktu yang lalu. Ternyata kami memang
tidak bisa lepas dari yang namanya mainan air.
Malamnya,
kami semua masih sibuk mencarikan boncengan buat orang-orang yang nggak punya
motor tapi pengen ikutan. Biasalah, kalau acara kayak gini kan yang sibuk atau
lebih tepatnya menyibukkan diri, memang panitianya. Sampai jam 12 malam pun,
aku masih belum pulang ke rumah, padahal jelas mau touring. Maklum, cacingnya
laper, jadi malem-malem masih berkeliaran nyari makan.
Kami
semua janjian kumpul jam setengah 7 di depan masjid. Tapi ya seperti biasanya,
kami pasti melakukan pengaretan selama 2 jam. Jadi, sekitar jam setengah 9
lebih barulah kami semua berangkat. Juga menyusun ulang formasi motor yang
boncengannya cewek sama cewek. Maklum, perjalanan jauh harusnya memang cowok
sama cewek. Bukannya modus atau apalah itu namanya, tapi kan tau sendiri cewek
kalau naik motor gimana. Dan yah, kalau aku sih nggak tega liat cewek berdua
boncengan sedangkan perjalanannya jauh. Ada sekitar 13 motor waktu kami
berangkat dari masjid. Kemudian bergabung 1 motor lagi di daerah perempatan
Gamping, yang mereka berdua tau dimana lokasi kebun teh berada, karena memang
mereka berdua pernah kesana.
Dan
ketika kami sudah sampai Godean, pacarnya teman kami yang juga sebenarnya teman
kami sekampung. Iya, kebayakan temanku memang jadian dengan orang sekampung
juga. Bahkan, beberapa ada yang sampai nikah dan punya anak. Teman kami tadi sms kalau dia mau nyusul. Entah habis darimana dia ini, karena
kalaupun dia dari tadi di rumah, harusnya dengan pengaretan selama 2 jam itu
sudah memberi cukup waktu untuk mempersiapkan semuanya. Karena akupun sebenarnya
juga baru bangun jam 7 hahaha. Tapi okelah, aku bilang padanya untuk sekalian
njemput pacar teman kami yang satu lagi. Karena pacar teman kami yang mau dijemput ini memang berbeda kampung dengan kami. Iya, aku sempat heran kenapa teman kami ini mempunyai keberanian buat punya pacar. Bahkan pacarnya adalah orang yang bukan sekampung dengan kami. Padahal dia masih bocah kalau dibandingkan denganku. Iya, aku dikalahkan sama bocah dalam hal pacaran.
Perjalanan
ke kebun teh cukup lumayan melelahkan. Kalau kalian tau arah ke air terjun
sidoharjo, itu masih lurus saja, ikuti jalan aspalnya. Sampai nanti bertemu
dengan alf*amart (iya, dulu aku
benar-benar kagum dengan alf*amart yang bisa membuka cabang sampai pucuk gunung
seperti itu), dan nanti akan bertemu dengan pertigaan yang kiri jalannya
menurun, dan yang kanan jalannya menanjak. Ambil saja jalan yang kiri dan
menurun, lalu ikuti saja jalan aspalnya, sampai ketemu pertigaan yang sebelah
kirinya ada pos ojek, dan jalan ke kanannya yang lagi-lagi naik. Kalau sekarang
ambil yang kanan. Udah, kalau ini ikuti saja jalannya, nanti kalian akan
menumukan kebun tehnya.
Ketika kami
sampai di kebun teh, teman kami yang nyusul bilang kalau dia udah sampai di rumah sakit muhammadiyah
naggulan. Maka kami suruh saja dia buat istirahat di rumah teman kami yang kebetulan
tidak jauh dari sana. Waktu ditanya dia tau nggak rumah teman kami itu, dia pun
menjawab “Iya, aku tau kok rumahnya.” Lalu, meluncurlah aku sama temanku yang juga pacar dari cewek yang nyusul tadi untuk menjemput pacarnya. Kemudian, teman kami tersesat tersesat. Iya, ternyata dia
lupa jalannya kemana. Dan sewaktu di telpon dia sempat bilang, “aku di depan
puskesmas watucrah”. Aku yang bingung. Kuwi
daerah ngendi meneh Ya Allah. Lha daripada malah keblasuk semua, ya udah, aku suruh dia balik lagi saja ke rumah
sakit yang sebelumnya. Daripada dia malah menunggu di tempat yang antah
berantah yang aku juga nggak tau itu daerah mana. Selama adegan penjemputan tersebut, barulah ada chat masuk dari pacarnya bocah yang mengalahkanku dalam urusan pacaran.
Dia mengatakan, “Maaf ya mas, aku nggak tau kalau ternyata udah di jemput tadi.
Hapeku mati. Dan aku pergi sholat ke masjid. Aku juga tadi di cariin ibuku,
tapi ibuku nggak tau kalau aku ke masjid ” Dan dihiasi dengan beberapa emot sedih di
chatnya. Sepertinya dia sedih dan kecewa beneran. Dan saat itu aku sadar,
handphone benar-benar menjadi salah satu peralatan penting yang harus selalu
kita bawa. Handphone harus selalu aktif karena kita nggak tau akan ada apa saat
handphone kita mati. Karena teman kami yang nyusul tadi pun sebenarnya dari pagi
udah dihubungi tapi nggak bisa, gara-gara handphonenya dimatiin.
Dan benar
saja, teman kami nyusul cuma sendirian. Kamipun mengisi bensin, juga merubah
formasi boncengan. Seperti tadi yang aku bilang, aku nggak tega kalau liat
cewek naik motor yang di depan apalagi sendirian gini, padahal medannya kan owsom banget ke kebun tehnya. Jadi, formasinya menjadi temanku dan temanku yang nyusul tadi yang juga statusnya pacarnya, ya kan kalau pacaran emang seharusnya boncengan kan ya? Dan jelas kemudian aku sendirian. Iya, aku sendirian naik motornya. Kemudian kami bergegas untuk segera menyusul
anak-anak lainnya ke kebun teh.
Kami melaju
cukup kencang untuk mengejar waktu. Aku nggak merasa dingin soalnya hari juga udah
siang. Tapi naik motor sendiri di saat temen kamu pacaran yang kamu lihat dari
belakang, cukup membuat kamu merasa jomblo, lho Mblo.
Setelah
beberapa saat lagi kami akan sampai ke kebun teh, aku kaget. Di jalan kami berpapasan
dengan rombongan kami sendiri. Kukira mereka berniat menjemput kami betiga,
tapi kok semuanya ikutan? Terlalu banyak orang yang akan menjemput kami,
pikirku. Dan kenapa semua memakai perlengkapan komplit seolah-olah waktu di kebun tehnya sudah habis. Ternyata rombongan kami memang sudah kembali untuk melanjutkan
perjalanan selanjutnya. Yap, kami bertiga di tinggal.
Alasan
kenapa di kebun tehnya nggak lama juga bermacam-macam, ada yang bilang di kebun
teh udah mulai panas, udah kepengen buru-buru main air, atau bisa saja mereka
udah mulai bosen foto-foto. Ya mau ngapain coba di kebun teh selain foto-foto?
Masa iya mau shoping? Kan nggak bisa. Ada juga cuma warung kecil yang jualan
indo*mie sama minum. Mau main PES juga nggak bisa karena nggak ada laptop ataupun PS 3 di sana. Aku memahami alasan mereka semua. Lagipula ini kan acara
bersama, yang penting semuanya bersenang-senang. Bahagiakanlah orang lain, maka
kamu juga akan bahagia. Sek penting kowe bahagia dek, aku gampang.
Tapi
aku sendiri jadi nggak enak karena udah bikin orang lain khawatir tentang
keadaanku. Ada minta maaf, ada yang nanyain aku marah apa enggak. Ya menurut ngana? Nggaklah. Aku nggak bakalan marah
cuma gara-gara ditinggal. Lagipula, sebenarnya rumah simbahku juga di sekitar
situ. Kalian ingat jalan alf*amart yang kujelasin di atas tadi? Nah, kalau ke
rumah simbahku, ambil kanan yang jalan tanjakkan, arah Suroloyo. Jadi, kalau
cuma daerah sekitar sana Insyaallah aku paham. *macak guide*. Serius, aku nggak
marah cuma karena ditinggal kaya gitu. Lagipula apalah aku ini, hanyalah kulit kacang rebus yang kalian buang di tanah sehabis kacangnya kalian makan...
Akhirnya
perjalanan lanjut ke air terjun. Setelah parkir, kami di beri tahu sama
penduduk setempat yang halamannya memang disediakan untuk parkir, bahwa “Banyune asat mas.” Atau, air terjunnya
kehabisan air. Maklum ini musim kemarau. Jadi jarang ada hujan. Atau bisa juga
lagi di kuras sama PDAM nya.
Kami memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan dengan beristirahat saja di rumah teman kami.
Yang rumahnya deket sama rumah sakit tadi, kami berniat ishoma disana. Tapi
lagi-lagi makan siangnya nasi padang. Aku doyan
nasi padang, tapi cuma padang giwangan, selain itu kayak nggak terlalu
menikmati gitu deh.
Setelah rembukan lagi, akhirnya
kami memutuskan ke Glagah. Kenapa Glagah? Karena disana ada rumah simbahnya salah satu teman kami yang letaknya deket dengan Pantai Glagah, dan katanya sudah di siapkan makanan. Tentu saja,
mendengar kata makanan (terutama gratis) jelas kami langsung setuju deh.
Perjalanan
kami pun dimulai lagi. Jarak dari Nanggulan ke Glagah tidak bisa dibilang
dekat. Lumayan jauh dan melelahkan kalau menurutku. Tapi sekitar ashar itu kami sudah
sampai sana. dan ternyata memang asyik sekali rumahnya. Ada joglo dan
halamannya. Aaaaaakk aku cenaaangg
Setelah
sholat ashar, kami pun berangkat ke Pantai Glagah. Dan entah kenapa, aku
lagi-lagi ketinggalan rombongan. Formasi inti ditinggalnya pun masih sama, hanya saja aku ketambahan boncengan. Jadi nggak merasa jomblo banget. Kata salah satu teman kami yang ada di formasi ditinggal ini sih
ketika di perempatan ambil saja yang kanan, begitu ambil kanan, bahkan hampir
sampai pindah pantai, kami masih belum menemukan mereka. Mungkin kalau di terusin lagi, kami bisa sampai Cilacap. Tapi untungnya kami balik lagi. Kami kemudian
ambil jalan yang ke kiri. Akhirnya kami berhasil menyusul mereka yang sudah
foto-foto dan bermain air. Kayaknya mainan air memang tidak bisa jauh dari
kami.
Tapi
pantai Glagah ini keren, ada banyak batu-batu pemecah ombaknya, warung-warung
makan, warung souvenir, atau bahkan, yang jualan buah semangka dengan harga
10ribu dapat 3 buah.
Nggak
terasa matahari udah mau tenggelam aja, berarti saatnya bagi kami untuk pulang
ke rumah simbahnya Dimas. Semuanya kemudian mandi, karena badannya pliket. Antrian untuk mandi, kecuali
aku, aku lebih memilih makan indo*mie rebus dengan telur.
Ironisnya
ketika sampai di rumah, waktu ngeliat-liat hasil foto-foto touringnya,
foto yang nggak ada aku di situ malah bagus-bagus. Entah karena yang moto jago atau faktor nggak ada aku yang memang (biasanya) merusak pemandangan
di foto.
Tapi daripada ditinggal touring kayak gini sih, masih lebih sakit ditinggal pergi setelah dikasih harapan. Iya kan? Banyak dari kami yang nggak puas dengan touring kali ini. Semoga aku bukan salah satunya.
Tapi daripada ditinggal touring kayak gini sih, masih lebih sakit ditinggal pergi setelah dikasih harapan. Iya kan? Banyak dari kami yang nggak puas dengan touring kali ini. Semoga aku bukan salah satunya.
Jadi,
kalau ditanyain “Dingin apa enggak di kebun teh?”, jawabanku sih, masih lebih dingin waktu kamu naik motor sendiri dan lihat temen
kamu dipeluk pacarnya dari belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar