Minggu, 19 Januari 2014

Air Terjun Sidoarjo

“Ayo neng air terjun Sidoarjo.”

Kira kira seperti itulah kalimat yang membawa kami ke Air Terjun Sidoarjo beberapa waktu yang lalu. Obrolan di angkringan itu ternyata terealisasikan. Jalan jalan pertama para Pemuda Wacana. Jalan jalan kali ini juga termasuk jalan jalan dengan rombongan terbanyak. Dan juga jalan jalan ini nggak habis lebaran seperti biasanya, walaupun memang pas liburan sih. Keluarga yang ikut pun ada 3 keluarga inti. Ada bapak, ibu, dan juga anak anaknya. Orang kampung kami memang suka plesiran.

Tapi di banyak rombongan itu, aku boncengannya sama cowok.

Air Terjun Sidoarjo ini letaknya di Kulonprogo. Walaupun kali ini nggak ke pantai, sepertinya kalau bisa buat mainan air tetep pada mau mau aja sih. Yang bikin aku kaget sebenarnya adalah, jalan yang dilalui ini adalah jalan yang biasanya aku gunakan untuk pergi ke tempat simbahku. Iya, simbahku orang Kulonprogo memang. Kecamatannya Samigaluh, desanya Kayugedhe. Makanya aku kaget, soalnya aku udah 18 tahun lewat jalan situ kok nggak pernah tau ada air terjun yang saat itu memang sedang ramai di perbincangkan di internet gitu lho.

Kalau mau ke Sidoarjo ini yang penting sampai ke perempatan Dekso dulu. Nah, kalau mau ke perempatan Dekso ini ada 2 jalur juga yang bisa di gunakan. Bisa lewat Irung Petruk ketika kita sudah lewat Kenteng, atau juga bisa lewat Minggir, Sleman. Kalau menurutku sih lebih enakan lewat Minggir, soalnya jalannya relatif rata. Tidak seperti kalau melewati Irung Petruk, nggak semua pengendara motor kota bisa melewati jalan ini dengan mudah.

Dari Dekso itu sebenarnya tinggal mengikuti jalan aspalan besar saja. Di kanan kiri kita pun banyak sekali objek foto yang kalau kalian mau melakukan sesi pemotretan. Setelah perjalanan melewati gunung dan lembah, tanjakan dimulainya perjalanan yang sebenarnya baru di mulai kalau mau ke rumah simbahku, tapi karena kita mau ke Air Terjun Sidoarjo, dari tanjakan itu tinggal di cari di sebelah kanan jalan, tulisan MTsn Sidoarjo. Nah, itu tinggal di turut aja. Tapi namanya juga baru pertama kali, jadi ketika kami sebenarnya sudah sampai di belokan untuk ke air terjun, kami semua malah lurus. Dan sepertinya kebablasan nya jauh, soalnya disusulnya aja lama banget. Aku nggak ikut nyusul. Karena kalau nyusul semua juga malah ngapain, jadi aku ikutan nunggu saja dengan beberapa orang di deket warung yang jualan bensin dan makanan.
Setelah masuk ke belokan kanan MTsn Sidoarjo itu, nanti juga cuma ada 1 jalan yang cukup besar yang bisa dilewati mobil. Juga akan menemukan salah satu desa pemenang penghargaan apa gitu lupa. Pokoknya gedhe kok gapura desanya. Jadi, kalau kalian menemukan desa yang ku maksud ini, berarti jalan kalian bener. Sebenarnya, kalaupun tersesat tinggal nanya sama orang sekitar tentang MTsn Sidoarjo ataupun air terjunnya. Insyaaallah pada tau, soalnya MTsN Sidoarjo itu kayaknya satu satunya sekolah di sekitar situ. Dan tempat parkir menuju air terjunnya cuma di belakang sekolah itu. ini yang dimaksud “cuma di belakang” juga jangan diartikan langsung belakang sekolah persis lho ya. Karena kalian tahu sendiri kalau di desa itu kan luas luas dan jauh jauh sekali jaraknya. Jarak dari belokan kanan pertama aspalan tadi sampai ke parkirannya, ada kali kalau 4 kilometeran lah.
Tempat parkirnya pun sebenarnya adalah halaman milik penduduk setempat. Kayaknya juga ketua RT kampung setempat kalau aku nggak salah baca. Perjalanan dari tempat parkirnya ke air terjun itu cukup jauh, tapi nggak kerasa soalnya memang pemandangannya asik gitu kok. Mau pakai sandal ataupun sepatu sama saja. Tapi sangat disarankan untuk tidak menggunakan heels, kecuali memang diniatin mau keseleo sih.

Sampai disana ternyata emang keren tempatnya. Tinggi banget air terjunnya. Bener bener nggak nyangka kalau ada kayak beginian di jalan yang biasanya tak lewati kalau pas lebaran. Buat cewek sih kalau emang mau basah basahan, mendingan dari awal udah di siapin sebelum ke air terjun, karena di TKP nggak ada tempat ganti ataupun toilet. Toilet terdekat ya di rumah penduduk yang juga menjadi tempat parkir itu. Kecuali ya kalau emang mau ganti di sembarang tempat sih.
Aku nggak ikutan mainan air. Selain karena aku nggak bawa baju ganti, aku juga nggak bisa renang. Ya, sebenarnya alasan terakhir tadi yang paling bener sih.

Setelah melewati jam dhuhur, kami kemudian berkemas untuk pulang, tapi juga bukan pulang ke rumah. Kami akan ke rumah salah satu teman kami yang memang rumahnya di Kulonprogo. Yap, di daerah Kenteng itu. pokoknya seberang jalannya itu ada SD, nah nama SD nya aku lupa. Hahaha
Ketika sampai disana, kami bermaksiat. Hush pikirannya kamu og saru e. Maksiat adalah makan siang, istirahat, sholat.
Kami makan nasi padang, walaupun nggak seenak Uni Upik ataupun Padang Giwangan, ya lumayan lah kalau cuma mau ngisi perut biar cacingnya nggak pada karaokean.
Beberapa orang yang selo nyari tengkleng kambing juga ada. Lha ini yang nulis juga salah satunya.
Kami beristirahat cukup lama, karena sampai ashar pun masih di rumah teman kami. Dan setelah itu kami jalan jalan ke Puncak Kenteng (entah ini bener atau enggak namanya, tapi memang tempatnya yang paling tinggi di sekitar rumah teman kami). Motorku buat boncengan 3 orang, dan itu laki semua, hasilnya sudah jelas kalau melorot ketika tanjakan. Beruntung yang nyetir bukan aku, kalau aku jelas sudah jatuh beneran karena nggak kuat. Memang ngeri juga tanjakkannya sih. Tapi kalau sudah sampai sana, wuah keren sekali. Kayak berada di gunung beneran. Lha wong sampai bisa liat Pantai Glagah juga kok. Nggak tahu juga sih sebenernya itu pantai apa, tapi katanya Glagah jadi ya aku percaya aja. Karena hari sudah mau surup dan sepertinya badan sudah pada capek, makanya kami pun segera pulang kembali ke Jogja. Dan foto foto tentang Air Terjun juga Puncak Kenteng bisa di liat disini sama disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar