Kamis, 06 Februari 2014

Tribute to Mbak Siti

Kematian memang selalu datang tiba-tiba. Bisa menghampiri siapa saja. Menghampiri kapan dan dimana saja. Dan kita tidak dapat menolak ketika dia mengahmpiri kita.


Mbak Siti, begitulah sosoknya kami sapa. Dia adalah penjual indomie di kampung kami. Masakan indomie nya memang berbeda dengan indomie goreng pada umumnya. Di tambah saos, kecap, cabe, dan bawang putih. Karena saking enaknya, banyak sekali orang yang datang untuk membeli. Aku sendiri juga penikmat indomie. Emang nggak bisa ke lain hati deh kalau masalah mie instant. Aku sering masak indomie di rumah, tapi entah kenapa nggak bisa seenak dengan bikinan Mbak Siti. Akhirnya aku pun tau kalau salah satu rahasia nya adalah alat masaknya, aku memasak dengan menggunakan kompor gas yang apinya hanya ada di pinggiran sementara Mbak Siti menggunakan kompor dari tanah liat (anglo) dan areng tentunya. Jadi, panasnya relatif stabil dan merata. Dan hasilnya pun sudah bisa ditebak bukan?

Tetapi, Mbak Siti sekarang sudah pergi untuk selamanya, karena penyakit leptospirosis menyerang dirinya. Walaupun sempat dirawat di rumah sakit akan tetapi tetap tidak tertolong. Hanya mampu bertahan satu hari di rumah sakit. Dan percaya atau tidak beberapa orang seperti sudah mendapatkan firasat akan kepergiannya,

1.
Weh kok pucet e mbak?
(weh kok pucat mbak?)
Hooh ki, mumet tenan sirahku. Tanganku mati roso. Nganti ra kuat adus.
(iya ini, pusing banget kepalaku. Tanganku mati rasa. Samapai nggak kuat mandi)
Woh, parah kui.  Mendingan leren wae mbak le dodol
(woh, parah itu. Lebih baik istirahat aja yang jualan)
Hoo iki, aku ketoke arep prei kok le dodol
(iya ini, aku kayaknya emang mau libur jualannya)

2.
Kok ketoke lagi ra sehat e mbak?
(kok kayaknya baru nggak sehat mbak?)
Hoo pak, aku cen lagi ameh prei suwe le dodol ki. Ameh istirahat
(iya pak, aku emang baru mau libur lama jualannya. Mau istirahat)

Ya seperti itulah kira-kira percakapan beliau beberapa hari sebelum benar-benar istirahat untuk selamanya. Karena memang beliau dikenal pekerja keras, walaupun sedang sakit sekalipun,. Pernah katanya beliau jualan dengan tensi 240 (aku nggak tau ini normal atau nggak, hanya saja sepertinya pada heran).

Setiap orang pasti mempunyai sifat yang baik dan yang buruk. Dan semoga semua orang sudah memaafkan segala kesalahan yang pernah beliau buat semasa hidupnya dan semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Amin

Terima kasih Mbak Siti karena warungmu telah menyelamatkan malam kami, ketika kami para pemuda-pemudi ini kelaparan di tengah malam.


#ripmaksitiindomiekastem #legend #respect

Tidak ada komentar:

Posting Komentar