Nggak kerasa bulan Februari udah
mau habis aja. Bulan yang harinya paling sedikit di kalender masehi ini
biasanya juga disebut hari kasih sayang, ya karena ada hari valentine yang
jatuh di tanggal 14 bulan ini. Tahun lalu aku merayakannya bersama band idola,
Sheila On 7 (untuk cerita komplitnya bisa di baca di mari). Tahun ini sepertinya
berbeda, sangat berbeda. Tentu saja karena adanya letusan Gunung Kelud yang
terjadi pada tanggal 13 februari malam hari itu. Mungkin memang Gusti Allah
sengaja meletuskan gunung tersebut supaya para pemuda pemudi indonesia tidak
hanya memikirkan tentang valentine. Aku sih nggak kepikiran, jomblo mau mikirin
siapa coba? Karena kalau memang mau mengungkapkan kasih sayang, nggak
harus dan nggak cuma di tanggal 14 februari doang.
Malam tanggal 13 nya ramai sekali
di media sosial seperti facebook dan twitter. Semua nya update tentang gunung
kelud. Entah yang nge tweet, nge retweet, dan lain sebagainya. Aku sendiri juga
ikutan ngetweet walaupun tweetku nggak penting sama sekali. Banyak juga orang
yang merasakan getaran gempa ataupun suara
gemuruh letusan gunung kelud. Orang jogja, solo, klaten dan sekitar jawa
tengah banyak yang merasakan. Aku nggak merasakan apa apa, baik gempa ataupun
suara gemuruhnya. Aku memang nggak peka...
Dan
benar saja, di pagi harinya nggak ada yang kepikiran tentang valentine. Semua
sibuk ngurusin rumah yang ternyata terkena dampak letusan abu vulkanik. Aku
nggak tau kalau rumahku kena. Karena atap yang seharusnya terkena sinar
matahari tertutup abu, jadinya gelap dan membuat tidurku semakin lelap. Sampai
pada akhirnya ibuku harus membangunkanku,
“Jogja keadaane kaya
ngene ki kok koe iso isone isih turu i lho Da.”
(Jogja keadannya seperti ini kok kamu bisa-bisanya masih
tidur lho Da.)
Setelah
dibangunkan dengan sindiran seperti itu, aku pun cuci muka dan keluar rumah.
Kaget banget karena nggak menyangka bakalan separah ini dampak letusannya. Aku
benar-benar kepikiran, bagaimana tidak? Gunung Kelud kan letaknya di Kediri,
Jawa Timur sana. Kenapa bisa sampai jogja dan separah ini? Seingatku letusan
gunung merapi 2010 silam tidak sampai seperti ini. Aku bahkan masih bisa
berangkat sekolah walaupun pada akhirnya dipulangkan pagi guna menjaga
kesehatan para siswanya.
Setelah sempat menonton tv dan
melihat breaking news, aku pun berinisiatif jalan-jalan untuk melihat keadaan,
tapi hanya sampai Purawisata aku pulang. Jarak pandangnya sangat kecil, waktu
mau nyebrang pun hampir ditabrak truk dari arah berlawanan. Dan aku cuma memakai kaos dan celana jeans,
berbeda dengan orang-orang yang memakai full perlengkapan seperti raincoat atau
mantol, kacamata, masker. Aku memang anak pemberani. Dan ketika sampai rumah
aku dimarahi karena keluyuran sendirian.
Ada
kabar baik dan kabar buruk menurutku setelah kejadian ini. Kabar baiknya jelas,
kuliah yang seharusnya masuk di hari Senin tanggal 17 jadi diundur menjadi
tanggal 24. Dan kabar buruknya adalah, juga diundurnya Econostraevent yang
seharusnya dihelat tanggal 16. Tapi nggak papa lah, orang tuaku juga nggak
bakalan memberikan ijin untuk keluar rumah untuk menonton konser kalau
situasinya seperti ini. Lagi pula, aku rapuh.
Beberapa
hari setelahnya, hujan pun turun *tiba-tiba
mengalun Sheila On 7 – Hujan Turun*, abu pun sedikit demi sedikit
berkurang. Masyarakat pun membersihkan rumah masing-masing. Pemerintah pun
menginstruksikan supaya warga juga ikut membantu membersihkan jalan raya, atau
bisa disebut juga relawan. Abu yang terkumpul diletakkan di pinggir jalan besar
kemudian akan ada petugas dari pemerintah yang mengangkutnya.
Aku sendiri sebagai anak
pariwisata, ikut menjadi relawan untuk membersihkan abu yang ada di candi
borobudur. Sebenarnya kegiatan kami tidak begitu lama, setelah makan siang kami
pulang. Iya, mental mahasiswa sekali. Menurutku malah lebih lama perjalanan
kami pergi pulang daripada bersih bersihnya. Jadi, capeknya malah gara-gara
perjalanannya.
Dan sebenarnya jadi relawan itu
bukan cuma yang turun tangan membantu membersihkan abu vulkanik.
Merelakan orang yang kita sayang lebih
memilih orang lain, juga salah satu bentuk menjadi seorang relawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar