“Pokoknya nanti aku mau curhat sama kalian berdua.”
Karena salah satu chat di bb itu, akhirnya mengantarkan aku
menuju tempat gawl anak muda, di jalan Jedral Sudirman sebelah barat toko buku Gramedia Jogjakarta. The Beatles namanya. Aku penasaran dengan tempatnya,
apakah akan di putarkan lagu-lagu legendaris milik The Beatles ataupun,
dekorasi yang menyerupai Abbey Road dimana tempat itu adalah salah satu tempat
yang wajib di kunjungi bagi para pecinta musik yang sedang dolan ke Inggris, khususnya fans The Beatles. Tapi
ternyata biasa aja, tidak seperti pikiranku yang jauh kemana-mana tadi. Tapi
memang banyak dekorasi foto The Beatles, juga satu set drum mini di tengah
ruangan yang di gantungkan.
Entah sebenarnya apa yang
membuat Fina menjadi sangat sedih selama
chatting denganku seharian kemarin, padahal biasanya dia terlihat senang, ceria dan
bahagia di chat. Entah kenapa ketika membahas masalah cinta, dia berubah
menjadi sedikit drama.
“Kok kamu udah sampai sini aja sih? Padahal kita kan mau
manggil kamu dari atas biar kamu kaget.” Tanya seorang cewek yang ada di
depanku.
“Iya, takutnya kamu nanti bingung nyariin kita, kalau nggak
di panggil.” Timpal cewek yang ada di sampingnya.
“Ya habisnya, tadi kalian emang nggak lagi ngeliat ke bawah
sih. Nggak di panggil juga kelihatan kok ya dari jalan. Orang kalian duduknya
di pinggiran, ya biar aku yang bikin kalian kaget aja deh.” Jawabku sambil
meletakkan tas.
Tidak begitu lama kemudian, makanan pun datang.
“Eh iya, kamu mau pesen apa? Sekalian mumpung masih ada
masnya.” tanya Lia.
“Nggak usah deh, barusan aja aku habis dari burjonan
depan Karita. Makanya cepet kan sampainya sini? Hehe” jawabku. Walaupun yang
sebenarnya alasan utamaku nggak pesen makan adalah nggak ada duit buat pesen makanan.
“Owalah gitu? Yaudah mas, ini dulu aja, makasih. Nanti kalau mau pesen kita
kesana aja kok. Sekalian minta saos sama tisu ya mas.”
“Iya mbak, tunggu sebentar ya.” jawab mas waiter nya.
Saos dan tisu yang dipesan pun akhirnya datang.
Setelah beberapa potong pizza berkurang dari piring,
Setelah beberapa potong pizza berkurang dari piring,
“Jadi kamu mau cerita kapan?” aku
menyela setelah melihatnya memakan potongan terakhir pizza di genggaman tangannya.
“Ah iya! Oke aku mau cerita,
kalian ndengerin aja ya, jangan ngasih solusi dulu.” jawab Fina sambil
membersihkan saos yang ada di mulut dan jari nya menggunakan tisu.
Lalu Fina cerita dari awal.
Ketika dia ikut jadi panitia penyambutan mahasiswa yang datang dari Bandung
untuk study banding. Dia juga menjadi salah satu pengisi acara dengan
menampilkan tarian. Aku sendiri masih nggak ngebayangin dia bisa nari. Fina
sendiri juga menjadi salah satu pemandu kelompok mahasiswa Bandung itu selama
di Jogja. Di antara beberapa kelompok mahasiswa dari Bandung itu, ada salah
seorang yang sebenarnya tidak ganteng, tapi dia charming¸kata Fina sih gitu. Namanya
Komeng. Komeng adalah mahasiswa yang lebih senior dari kami, entah 1 atau 2
tingkat di atas kami. Dia orangnya santai, terlalu santai kalau di lihat dari
jabatannya di kampus yang menjadi ketua 3 angkatan. Kemana-mana hanya memakai
celana pendek. Pakai topi. Katanya sih kayak aku gini modelnya, hanya saja ya mendingan dia sih pasti.
Sama seperti kebanyakan orang pdkt pada umumnya, pertukaran nomer telepon
dan pin bb pun di lakukan, Komeng juga selalu mengikuti Fina saat ada acara. Kemanapun Fina
pergi, Komeng selalu ada di belakangnya. Ketika foto di objek wisata,
ketika selfie di hape, entah kenapa dia yang seharusnya jauh dan beda
kelompok, tiba-tiba saja bisa muncul di belakang Fina. Saat seminar
mereka malah ngobrol melalui bbm dan mengatakan kalau dia sedang
bosan, dan mengajaknya keluar dari acara seminar tersebut. Ketika
malam hari waktu sedang di hotelpun, Komeng mengajak Fina untuk
berkeliling Jogja.
Saling follow di
twitterpun juga di lakukan mereka berdua. Seperti biasa, orang yang
saling follow pertama kali pasti kemudian akan stalking. Fina pun
demikian, dia stalking di twitter Komeng. Dan melihat banyak mention
kepada akun yang namanya Holi. Karena mentionannya menggunakan bahasa
sunda, maka Fina pun masih belum ngeh dengan percakapan mereka
di twitter.
Study banding mahasiswa
Bandung di Jogja itupun akan segera berakhir. Komeng pun merasa harus
punya kenang-kenangan untuk di bawa pulang ke bandung. Ternyata dia
pengen sticker dan gantungan kunci dari universitasnya Fina. Dan
tentu saja, Fina pun mencarikannya. Setelah perjuangan yang cukup
panjang dan melelahkan, kalau mendengarkan ceritanya Fina, maka sampailah
kenang-kenangan tersebut di tangan Komeng beberapa saat sebelum
kereta berangkat menuju Bandung.
Saat Komeng sudah di Bandung, mereka masih sering kontakan, hanya saja lama-lama semakin berkurang intensitasnya. Sampai kemudian Fina curhat dengan temannya di kampus, dan salah satunya ada yang mengerti tentang bahasa sunda yang di gunakan Komeng dan Holi. Ternyata kalau diartikan selama mentionnya mereka berdua itu, entah aku juga nggak paham sih sebenernya, tapi yang jelas mereka berdua pacaran. Iya, Komeng ternyata sudah punya pacar. Itu yang membuat Fina menjadi butiran debu. Aku jadi ikutan sedih.
Saat Komeng sudah di Bandung, mereka masih sering kontakan, hanya saja lama-lama semakin berkurang intensitasnya. Sampai kemudian Fina curhat dengan temannya di kampus, dan salah satunya ada yang mengerti tentang bahasa sunda yang di gunakan Komeng dan Holi. Ternyata kalau diartikan selama mentionnya mereka berdua itu, entah aku juga nggak paham sih sebenernya, tapi yang jelas mereka berdua pacaran. Iya, Komeng ternyata sudah punya pacar. Itu yang membuat Fina menjadi butiran debu. Aku jadi ikutan sedih.
***
Setelah sampai rumah, aku mikir ternyata penyebab patah hati nggak cuma gara-gara LDR. Love Different Religion, tapi bisa juga LDL, Love Different Language. Cinta Beda Bahasa. Coba saja dari awal si Fina tau masalah bahasa sunda yang digunakan Komeng, pasti dia tidak akan jatuh terlalu dalam. Tapi karena sudah kebacut, ya jadi butiran debu itu tadi. Aku juga jadi ingat salah satu adegan di film Hello Stranger yang bilang kayak gini, "kita berdua hanya dua orang yang kesepian, yang bertemu di luar negeri. Mungkin perasaan kita hanya ilusi semata." Iya, Fina dan Komeng mungkin mengalami hal semacam itu ketika di Jogja. Sama sama kesepian, walaupun yang satunya sebenernya sudah punya pacar, walaupun pacarnya di Bandung. Jadi ya sama sama kesepian di Jogja. Makanya, terjadilah cinta lokasi tadi.
Aku salah satu orang yang percaya sama cinta lokasi. Contohnya sudah jelas ada, Teuku Wisnu sama Shiren Sungkar itu padahal dulu Shiren jadiannya sama Adly Fairus dulu, eh ternyata nikahnya sama Wisnu akhirnya. Ya karena di sinetronnya mereka, mereka pacaran sih. Andrew Garfield sama Emma Stone juga kayak gitu, akhirnya jadian setelah main bareng di TASM. Lha wong Brad Pitt yang dulunya pacarnya Jennifer Aniston aja bisa pindah ke lain hati, iya, di hatinya Angelina Jolie, setelah mereka main film bareng Mr. & Mrs. Smith. Makanya, ampuh banget kan kerja barengan kayak gitu? Bisa menimbulkan benih benih cinta. Karena sering ketemu, sering kerja bareng. Artis yang seharusnya profesional aja bisa jatuh cinta sama lawan mainnya. Apalagi yang kerja bareng se divisi acara.
Tulisan ini untuk Fina yang belum bisa move on.
Semangat ya nak!
NB : besok kalau mau curhat di mekdi aja ya, biar aku bisa beli es milo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar